Review Wuthering Heights Novel (Indonesia)

Postingan kali ini akan selalu penuh spoiler, cuma mau ngasih tahu.

wuthering-heights-new

Author Emily Bronte
Publisher Qanita
ISBN/EAN 9786021637647
ISBN EAN 9786021637647
Weight 480gr
Language Bahasa Indonesia
Pages 584
Cover Soft Cover
Height 205mm
Width 130mm
First Published 2015-01-30
EAN/ISBN 9786021637647
Page 584

Setiap saya pergi ke gramedia, saya selalu pulang dengan penyesalan. Saya kesal karena setelah saya memilih buku dengan spesifikasi yang really into me dan beberapa komik, saya baru melihat deret ‘new arrival’. Kebayang dong betapa jengkel melihat buku yang ingin saya baca malah tidak saya beli. Yep, begitu juga buku ini.

Akhirnya setelah minggu sebelumnya melihat, minggu depannya saya langsung beli. Dan … whew … it was really entertaining old literature! Sebelum saya mulai mengomentari sana-sini, mari mulai dengan sinopsisnya. Berkisah tentang Heathcliff si anak pungut yang jadi kesayangan Mr. Earnshaw amIright?. Meskipun sudah punya dua anak, Hindley (L) dan Catherine, Mr. Earnshaw mengangkat Heathcliff dari jalanan sebagai kesayangan. Kedua anak Mr. Earnshaw benci pada Heathcliff dan seringkali menyakitinya secara fisik maupun moral. Tetapi kebencian Catherine hanya sebentar karena dia mulai senang bermain dengan Heathcliff.

Dua karakter kompleks itu bagaikan soulmate; Catherine yang kasar, tukang bikin onar, anak perempuan nakal dan Heathcliff yang menuruti tiap kehendak Catherine secara sukarela. Saat Mr. Earnshaw meninggal, Hindley yang masih benci pada Heathcliff menjadikannya pembantu dan mengirim Catherine untuk tinggal sejauh mungkin dari Heathcliff.

Saat kembali, Catherine bukan lagi si anak nakal, dia sudah menjadi wanita berbudaya meskipun sifat jahat dan liciknya masih tetap ada. Saat Catherine memutuskan menikah dengan Edgar Linton,  Heathcliff kabur dari rumah; Wuthering Heights dan tidak kembali sampai tiga tahun berlalu.

dan-scurtu-wuthering-heights

Si budak berkulit gelap itu telah berhasil memperoleh kekayaan entah darimana semenjak kepergiannya tiga tahun lalu. Tentu saja semua orang terkejut. Dimulailah aksi balas dendam pada keluarga Earnshaw; Hindley, keluarga baru Catherine; Linton, Isabella, sampai anak-anak mereka.

Awalnya saya sedikit skeptis pada cerita novel ini. Pasalnya saya membaca Pride and Prejudice dan hampir mati kebosanan meskipun satir dari Jane Austen tidak ada bandingannya. Akhirnya, dengan tidak berekspektasi terlalu tinggi, saya pun mulai membaca. Saya diberi kejutan di awal cerita, karena tidak seperti cerita-cerita sastra yang saya baca dulu~ novel ini diawali dengan konflik kekerasan. Itu juga salah satu alasan mengapa buku ini pada masanya dianggap terlalu sadis dan jauh dari kata pantas dibaca.

Sebutan untuk permata abad 18 sepertinya bukan sekedar omong kosong. Karakter di dalamnya begitu kompleks, juga alurnya yang membuat waktu seakan terhenti dalam kungkungan era Victorian dan keinginan mengetahui akhir cerita membuat buku ini sangat layak disebut permata.

Saya kira keseluruhan novel ini akan berakhir nelangsa tanpa kebahagiaan, tapi ternyata Emily Bronte memberi sedikit harapan pada kehidupan suram di Wuthering Heights. Ini satu-satunya bagian dimana saya bahagia membaca novel ini lol. Part saat Cathy dan Harrenton menjadi dekat merupakan bagian kesukaan saya.

Untuk cetakan dan terjemahan sendiri, saya kira penerbit ini lebih bagus ketimbang GM dalam menerjemahkan novel. Serius, saya tidak menemukan typos sepanjang saya membaca 580-an halaman~bersih sekali, juga bahasanya yang indah dan mudah dipahami. Tapi ada satu frasa yang nggak begitu saya suka di novel ini yaitu frasa ‘haram jadah’ lol … itu bener-bener konyol dan bikin saya ketawa.

Sudahlah … kebanyakan mau ngomong saya malah bingung dan lupa …. Akhir kata, saya sangat merekomendasikan novel ini karena indah sekaligus kejam. Kita bisa belajar banyak tentang watak manusia dari novel ini. Manusia memang benar-benar makhluk yang rumit dan mencengangkan.

Ps: Emily Bronte hanya menulis satu novel sepanjang hidupnya, yaitu Wuthering Heights. Dia meninggal di usia muda~30-an.

Well, andai saja hidupnya lebih panjang, mungkin dia akan membuat masterpiece-nya yang lain (atau tidak sama sekali). Tapi dia juga punya saudara yang bernama Charlotte Bronte yang nulis Jane Eyre. Saya kira next target saya adalah Jane Eyre. Saya memang suka sastra-sastra lama old English.

Enjoy your weekend, guys. Hope you’ll find an excitement in reading as I do.

Tinggalkan komentar